Sambutan Dekan pada Acara Stadium Generaldi FTIK
- Senin, 12 Maret 2018 16:24
Sambutan Dekan pada Acara Stadium Generaldi FTIK
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
- Yth. Rektor IAIN Tulungagung
- Yth. para wakil rektor
- Yth. Prof. Dr. Abdul Mujib, dari UIN Jakarta selaku narasumber
- Yth. Para wakil dekan FTIK
- Yth. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan
- Yth. Kabag TU dan para Kasubag
- Yth. Bapak/Ibu Dosen FTIK
- Yang saya cintai dan saya banggakan para mahasiswa FTIK
- Puji syukur ke hadirat Allah SWT
- Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Acara stadium general merupakan acara yang secara rutin diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Tujuannya adalah memberikan bekal kepada mahasiswa agar termotivasi ketika belajar, menjadi mahasiswa yang semakin berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual dan leadership. General stadium yang sebelumnya pernah diselenggarakan oleh FTIK terbagi menjadi dua, yaitu pertama stadium general dengan peserta mahasiswa dari jurusan-jurusan rumpun humaniora dan pendidikan islam, dan kedua stadium general dengan peserta mahasiswa dari jurusan-jurusan rumpun MIPA. Beberapa waktu lalu FTIK juga mengundang pemateri dari Jepang, Prof. Tatsuya Ueki sebagai narasumber pada acara stadium general yang menjelaskan materi sains, sedangkan stadium general FTIK hari ini mengusung tema “Islamic Quantum Learning: Melejitkan Potensi, Meraih Prestasi”. Tema ini sejalan dengan kriteria bangsa Indonesia yang ingin diciptakan melalui pendidikan nasional, yang mencakup manusia religius,manusia bermoral dan berakhlak mulia, pecinta ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan dan kemandirian serta kepedulian terhadap masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan inovasi dalam metode pembelajaran agar mampu meningkatkan motivasi dan potensi peserta didik. Salah satunya dengan Quantum learning, suatu metode yang menggunakan sugesti positif dalam proses pembelajaran dengan prinsip bahwa sugesti positif dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar. Quantum Learning, adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang cocok untuk semua umur. Metode ini memperhatikan teori otak kanan dan kiri, belajar berdasarkan pengalaman, pendidikan holistik/ menyeluruh dan peta pikiran. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerapan Quantum learning dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Dan ini juga menjadi masukan baik bagi bapak ibu dosen untuk menerapkan metode quantum learning ini dalam pelaksanaan pembelajaran. Selamat menyimak materi dengan baik dari narasumber, dan pelajari pengalaman-pengalaman beliau, bagaimana menjadi orang sukses dan menjadi pemimpin yang baik. Ucapan terima kasih kepada panitia yang telah bekerja keras untuk mensuksekan acara ini.
Pantun:
Makan siang di restoran Cibodas
Nikmat buah kurma saat berbuka dan sahur
Jadilah mahasiswa cerdas
Dan jadilah mahasiswa berbudi pekerti luhur
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Konsep Quantum Learning
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang menggunakan metodologi berdasarkan teori‑teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar. Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari peserta.
Konsep kunci dalarn Quantum Learning dari berbagai teori dan strategi belajar yang digunakan antara lain:
- Teori otak kanan kiri
- Teori otak triune (3 in 1)
- Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
- Teori kecerdasan ganda
- Pendidikan holistic (menyeluruh)
- Belajar berdasarkan pengalaman
- Belajar dengan simbol (metaphoric learning)
- Simulasi / permainan
- Peta Pikiran (mind mapping)
Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
- Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator
- Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
- Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
- Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
- Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalarn bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
- Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang (background) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalarn proses pembelajaran. Musik klasik dari Mozart, bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan ketegangan, meingkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas (Jeannete Vos)
- Penggunaan Warna dalam model quantum learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak 78%
- Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa)
- Sistim penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan (Jeannette Vos)
- Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan balik negative akan membuat anak menjadi frustasi. Ini berdasar hasil riset pakar masalah kepercayaan diri, Jack Carfiled pada tahun 1982. 100 anak ditunjuk oleh periset selam sehari. Hasilnya, bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negative dan hanya 75 komentar positif.
Untuk meningkatkan percepatan belajar dan efisiensi waktu dan melejitkan prestasi belajar tidak ada salahnya di lembaga-lembaga pendidikan perlu mengembangkan metode belajar dengan konsep Quantum Learning. Apakah Anda para guru/instruktur tertarik untuk mencobanya?.