ORASI ILMIAH ACARA YUDISIUM SARJANA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN NSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2018/2019
- Selasa, 25 September 2018 11:16
Oleh: Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag
“Siapa yang berani ambil kesempatan, itulah orang yang bisa tegak berdiri dan baik”
Dalam acara Yudisium Sarjana FTIK IAIN Tulungagung, pada hari Kamis, tanggal 20 September 2018yang bertempat di Aula Gedung KH. Arief Mustaqiem Lantai 6 sangat istimewa karena menghadirkan narasumber Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag yang merupakan Direktur GTK Madrasah Kementerian Agama RI, beliau memberikan orasi di depan calon wisudawan sejumlah 581mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Tadris Bahasa Inggris (TBI), Tadris Matematika (TMT), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Pada awal orasinya Prof. Suyitno mengatakan bahwa selama menjadi mahasiswa kita merasa hebat, mengerti banyak hal, namun setelah di wisuda maka akan muncul pikiran kebingungan apa yang akan dilakukan setelah wisuda. Tanpa disadari bahwa pendidikan saat ini dihadapkan pada era perubahan besar yakni revolusi industri 4.0. Sayangnya, masih sedikit dunia pendidikan yang menyiapkan model pendidikan era ini. Padahal, jelas bahwa revolusi industri 4.0 menuntut konsekuansi logis perubahan di semua sektor dunia kerja. pada dasarnya pendidikan yang berada pada penyiapan sumber daya manusia harus adaptif dengan fenomena ini. Interaksi antara dunia pendidikan dan industri merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan. Link and match dunia industri dan pendidikan menjadi keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri.
Mahasiswa peserta yudisium adalah alumni Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung. Sebagai calon guru,,maka mahasiswaharus siap dalam menghadapi tantangan ke depan, diantara tantangan itu adalah (1) peran manusia akan berkurang, banyak peran diganti dengan online system, sebagai contoh pada tahun 2017 sudah banyak sekolah yang melaksanakan UNBK, tidak hanya di bidang pendidikan yang memakai online system, sebagai contohdalam kegiatan sehari-hari seperti belanja tidak perluke pasar atau ke mall, dengan duduk manis dirumah dengan membukaGadget, barang dapat datingke alamat si pembeli; (2) pada masa mendatang kuliah tidak banyak menggunakan ruang karena dapat menggunakan online system, sekarang PPG sudah menggunakan online system, sudah beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Para peserta didik sudah tidak menggunakan pembelajaran manual, tetapi lewat media sosial. Dengan online system anak-anak bisa belajar dengan rileks tanpa tekanan, belajar dengan tenang dan juga senang, mereka mendapat sesuatu yang baru dan lebih variatif; (3) peran guru semakin berkurang karena akan ada revolusi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan), ke depan seorang guru tidak harus dari Fakultas Keguruan, tetapi bisa dari fakultas lain dengan cara mereka mengikuti PPG untuk penguatan pedagogik. Sehingga persaingan semakin ketat untuk berprofesi sebagai guru.
Sedangkan tantangan guru di masa mendatangadalah guru harus hadir bersama-sama anak didiknya sehingga lebih maksimal, ada anggapan bahwa metodologi lebih penting daripada materi, ke depannya harus dirubah anggapan ini. Disorientasi mahasiswa dirubah bahwa kerja itu bukan cuma PNS, mahasiswabisa berkarir di manapun sebagai guru baik di lembaga formal maupun non formal. Jadilah entrepreneur yang maksimal sehingga memperoleh kesuksesan, karena pada era ini karir inilah yang menjanjikan masa depan. Terima kasih
“Jiwa guru itu lebih penting daripada gurunya itu sendiri (Suyitno, 2018)”